Indonesia : Suku Lom
Di Bangka Belitung terdapat suatu komunitas masyarakat yang disebut sebagai penduduk asli yang dikenal sebagai suku Lom atau urang Lom, Suku Lom adalah suku unik yang tinggal wilayah Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Suku Lom sering disebut juga sebagai suku Mapur, karena awalnya sebagian besar anggota suku tinggal di dusun Mapur. suku Lom disebut-sebut sebagai salah satu komunitas yang masih kuat memegang kemurnian tradisi. Selain itu, Suku tersebut tinggal di kampung Mapur. Wilayah pemukiman suku Lom ini berada di dusun Air Abik dan dusun Pejam, yang masih termasuk bagian wilayah desa Gunung Muda, kampung Mapur kecamatan Belinyu kabupaten Bangka provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Masyarakat suku Lom saat ini mencapai 139 KK.
Satu-satunya yang bisa dijadikan pegangan tentang asal-usul suku Lom adalah berdasarkan cerita yang dituturkan secara lisan dari generasi ke generasi. Kelengkapan cerita lisan ini semakin lama semakin tidak lengkap, karena seiring meninggalnya tokoh-tokoh tua dan minimnya tokoh muda yang tertarik untuk menyerap cerita itu secara lengkap.
Menurut dugaan bahwa suku Lom ini adalah termasuk salah satu suku tertua di Sumatra (Proto Malayan) dan tertua di Bangka Belitung. Suku Lom telah lama hidup di wilayah Vietnam sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Karena di wilayah mereka dahulu sering terjadi konflik dan serbuan dari prajurit Han, maka mereka bermigrasi menyeberang laut, mendarat dan menetap di daerah Gunung Muda, Belinyu, sekitar abad ke-5 Masehi.
Tradisi suku Lom selama ini juga dibumbui berbagai mitos, misteri, atau legenda yang menakutkan sehingga sebagian masyarakat enggan menyinggahi kawasan itu. Seorang peneliti dari Norwegia yang pernah tinggal selama beberapa tahun di tengah suku Lom, Olaf H Smedal, menulis buku yang menarik, Orang Lom: Preliminary Findings on a Non-Muslim Malay Group in Indonesia (1988). Menurut Smedal, terdapat catatan anonim berangka tahun 1862 yang menceritakan dua legenda asal-usul Suku Lom. Kedua legenda itu masih hidup di tengah suku Lom hingga sekarang :
- Salah satu cerita menceritakan, sekitar abad ke-14 Masehi, sebuah kapal yang ditumpangi sekelompok orang dari daerah Vietnam terdampar dan rusak di pantai Tanjung Tuing kecamatan Belinyu. Semua penumpang tewas, hanya tiga orang yang selamat, yaitu 2 laki-laki dan 1 perempuan. Ketiga orang ini menetap dan membuat perkampungan di daerah Gunung Pelawan, Belinyu.
- Cerita lain mengisahkan, suku Lom merupakan keturunan pasangan lelaki dan perempuan yang muncul secara misterius dari Bukit Semidang di Belinyu setelah banjir besar surut.
Sedangkan dari cerita turun temurun pada masyarakat suku Lom, bahwa dahulunya mereka berasal dari seorang tokoh sakti yang bernama Anta, yang menurunkan suku Lom sebagai keturunannya. Hanya tidak diketahui asal usul tokoh sakti bernama Anta tersebut.
Suku Lom masih banyak yang belum memeluk agama. Karena mereka belum beragama, maka di kartu tanda pengenal (KTP) mereka sering dibiarkan kosong pada kolom agama. Hanya saja oleh aparat desa sering dicantumkan sebagai agama Islam.
Ketua Lembaga Adat Provinsi Bangka Belitung Suhaimi Sulaiman memperkirakan, suku Lom merupakan keturunan dari bangsawan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur, yang lari karena tidak mau memeluk Islam, sekitar abad ke-16 Masehi. Kaum pelarian itu menyeberangi laut untuk mencari penghidupan baru dan terdampar di Tanjung Tuing.
Saat ini ada beberapa orang masyarakat suku Lom yang telah memeluk agama, yaitu terdiri dari 62 orang telah memeluk agama Islam, 13 orang memeluk agama Kristen dan 2 orang memeluk agama Buddha. Sedangkan sisanya masih mempertahankan tradisi mereka percaya kepada dunia animisme dan dinamisme.
Lepas dari semua perkiraan itu, sebagian besar masyarakat Kepulauan Bangka Belitung yakin, suku Lom merupakan suku tertua di daerah tersebut. Budayawan muda yang tinggal di PangkalPinang, Willy Siswanto, memperhitungkan, suku Lom berasal dari komunitas Vietnam yang mendarat dan menetap di daerah Gunung Muda, Belinyu, sekitar abad ke-5 Masehi. Jadi, suku itu telah ada jauh sebelum Kerajaan Sriwijaya yang berkembang abad ke-7 Masehi dan kuli kontrak timah dari China berdatangan sekitar abad ke-18 Masehi.
Orang-orang Lom merupakan komunitas yang pertama kali mendiami daerah Bangka Belitung. Tidak ada catatan sejarah yang menceritakan suku lain sebelum suku Lom. Spekulasi lain yang banyak dibicarakan adalah misteri Bubung Tujuh yang berarti tujuh rumah tertua di suku Lom. Masyarakat setempat percaya bahwa terdapat tujuh keluarga yang merupakan keturunan pertama dari nenek moyang suku. Setelah ayah-ibunya meninggal, ketujuh keluarga itu membuat rumah sendiri sebanyak tujuh rumah di kaki bukit di tengah hutan. Rumah itu berbentuk rumah panggung yang tinggi dengan atap daun nipah.
Keberadaan komunitas suku Lom ini sering dikaitkan dengan cerita-cerita mistik suku Lom yang katanya sangat hebat. Cerita yang berkembang di wilayah Bangka Belitung, kalau ada yang sakit, sering dikaitkan dengan “kiriman” dari kampung Mapur. Hal ini biasanya karena suku Lom ini termasuk suku yang agak tertinggal, biasanya dianggap masyarakat sebagai pelaku mistik, santet dan sejenis ilmu-ilmu hitam lainnya. Padahal yang sebenarnya tidaklah seperti itu, karena masyarakat suku Lom adalah masyarakat yang terbuka, dan tidak menolak ataupun menentang kehadiran orang lain di pemukiman mereka. Karena sikap negatif dan pengucilan dari masyarakat lain terhadap mereka inilah yang membuat mereka agak terasing dari masyarakat umum pulau Bangka. Biasanya masyarakat lain di Bangka Belitung enggan untuk menyinggahi kawasan Mapur. Beberapa masyarakat lain di Bangka Belitung, sering melontarkan ucapan seperti ini “hati-hati masuk ke kampung suku Lom. Niat hati harus bersih dan tulus. Kalau hati kotor, bisa celaka, malah tidak bisa keluar lagi”. Demikian pesan banyak orang kepada siapa pun yang akan mengunjungi suku Lom.
Ada beberapa tradisi ilmu mistik pada masyarakat suku Lom, tapi biasanya hanya digunakan untuk pertahanan diri. Salah satu mantra mistik mereka yang terkenal adalah mantra Jirat, yang digunakan untuk menjaga ladang dari pencurian. Ada juga mantra mistik hipnotis untuk menghipnotis orang agar mengakui perbuatan jahat yang telah dilakukannya. Selain itu ada juga mantra Gendam, yang digunakan untuk menjaga kerukunan rumah tangga. Mantra-mantra ini biasanya hanya dimiliki oleh Dukun Adat.
Masyarakat adat suku Lom masih mempercayai dan meyakini roh-roh yang terdapat di alam, yang menguasai benda-benda di sekitar mereka, seperti roh gunung, roh hutan, roh sungai, roh bumi, roh langit dan roh hewan, yang merupakan bagian dari alam semesta yang menyatu dengan roh nenek moyang mereka sehingga harus dihargai. Mereka mempercayai jika setiap bagian dari alam semesta ini mempunyai roh atau kekuatan, yang mana roh-roh tersebut mengawasi manusia dan perbuatannya. Bencana akan menimpa manusia apabila manusia melanggar kekuatan dan keselarasan alam.
Beberapa kalangan percaya, Bubung Tujuh sering menampakkan diri pada orang-orang tertentu pada malam tertentu. Mitos itu begitu menggoda sehingga masyarakat yang mengunjungi suku Lom sering penasaran dan selalu menanyakan misteri ini. Namun, bagi suku Lom sendiri, Bubung Tujuh sudah jadi mitos yang terlalu dibesar-besarkan.